
Kita sedang berjalan di atas sebuah jalan kehidupan. Menyusuri waktu demi waktu. Tertoreh berbagai kisah dalam lembaran kita. Canda, tawa, tangis dan air mata mengisi di antara lipatan cerita. Kisah pilu hingga heroik mungkin pernah mewarnai hari–hari.
Berbagai ujian datang menguji ketegaran dan keteguhan keimanan. Sekencang apapun kita berlari dan bersembunyi, ujian akan tiba di sebuah titik di jalan yang kita tak pernah tahu itu sebelumnya.
Jalan kita berbagai bentuk sesuai dengan ketentuan-Nya. Ada kalanya jalan itu datar dan mulus, namun tak jarang pula jalan berkelok, berkerikil bahkan berduri. Namun, benarkah ada jalan buntu??
'Ujian Pasti Datang'
Allâh Ta’ala berfirman;
(( “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.” ))
(QS. Al-Anbiya: 35).
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan” adalah Allâh akan menguji manusia dengan musibah dan juga nikmat untuk melihat siapakah di antara hamba-Nya yang bersyukur dan siapa yang kufur, siapa yang bersabar dan siapa yang berputus asa.
Sebagaimana perkataan ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau mengatakan bahwa Allâh akan menguji dengan ujian kebaikan dan keburukan, kesempitan dan kelapangan, kesehatan dan rasa sakit, kekayaan dan kefakiran, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan, dan seterusnya.
(Tafsir Ibnu Katsir, 5/342).
Saat jalan kita mulus, bukan berarti kita tak diuji. Kemudahan itu juga merupakan ujian. Apakah di saat jalan kita tanpa duri kita masih mengingat Allâh Ta’ala?
Apakah kita mensyukuri nikmat dari-Nya?
Apakah kita memanfaatkan kenikmatan tersebut untuk ketaatan?
Atau malah menggunakannya dalam berbagai kemaksiatan?
Begitu pula saat jalan kita berkelok dan banyak rintangan yang kita hadapi. Apakah kita akan bersabar?
Mampukah kita ridho dengan ketentuan dari-Nya?
Akankah kita memohon ampun atas dosa yang pernah kita perbuat?
Apakah kita lantas bersimpuh dan sujud kepada-Nya?
Ataukah kita malah berputus asa dan berprasangka buruk kepada Allâh?
Akankah kita malah semakin menjauh dari Allâh Ta’ala dan menambah kemaksiatan?
Jalan tanpa hambatan bukanlah tolok ukur keberhasilan seseorang dalam menjalani kehidupannya. Bukan pula parameter kebahagiaan dalam kamus kehidupan.
Lihatlah betapa terjal dan curamnya jalan yang harus dilalui oleh para Nabi dan Rasul ‘alaihimus salam, namun mereka adalah orang-orang yang paling berbahagia. Jadi, beban yang sedang kita pikul bukanlah alasan bagi kita untuk seolah menjadi orang yang paling sengsara di dunia ini.
'Jalan Keluar Bagi Orang yang Bertaqwa'
Di saat semakin hari beban terasa semakin berat, fikiran terasa semakin penat, hujan kesedihan semakin lebat, dan jiwa terasa semakin terikat kuat, apakah saatnya kita bertekuk lutut dengan ini semua??
Tidak, karena Allâh Ta’ala telah berjanji;
(( “Barangsiapa bertaqwa kepada Allâh niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allâh, niscaya Allâh akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allâh melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allâh telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” ))
(QS. Ath-Thalaq : 2-3).
Selama seseorang istiqomah melaksanakan apa yang diperintah dan menjauhi apa yang dilarang-Nya, Allâh Ta’ala pasti akan memberinya jalan keluar.
Syaikh As-Sa’di rahimahullah menjelaskan terkait ayat tersebut bahwa Allâh akan membalas dengan kebaikan di dunia maupun di akhirat bagi orang yang bertaqwa kepada Allâh dan mengutamakan keridhaan Allâh dalam semua keadaannya.
Allâh Ta’ala akan memberikan kelapangan dan jalan keluar dari setiap kesulitan dan kesempitan. Dan sebaliknya, orang yang tidak bertaqwa kepada Allâh akan terjatuh ke dalam kesempitan, beban dan belenggu.
(Tafsir As Sa’di : 869/1).
'Jalan Buntu Itu Tak Ada'
“Benarkah ada jalan buntu??”
Terjawab sudah pertanyaan tersebut. Tak ada jalan buntu selama kita bertaqwa kepada Allâh Ta’ala. Allâh Ta’ala sendiri yang mengatakannya. Adakah perkataan yang lebih benar dibandingkan perkataan Dzat yang telah menciptakan alam semesta? Tentu tidak ada.
Allâh Ta’ala yang menciptakan segala sesuatu, termasuk ujian itu, maka Dia pula yang paling tahu apa dan bagaimana jalan keluarnya.
Kita boleh bersedih, tapi jangan berlarut–larut dan jangan sampai berputus asa.
Bisa saja kita merasa masalah kita sangat berat, tapi ingatlah bahwa ujian terberat adalah ujian yang dihadapi para Nabi dan Rasul.
Semakin kuat iman seseorang maka semakin berat pula ujiannya. Namun pada realitanya, apakah Nabi dan Rasul pernah sampai stress?? Jawabannya ‘tidak!’, karena mereka mengetahui ilmunya, mereka tahu bagaimana cara mengatasi permasalahan dan ujian.
Apakah mereka tidak bersedih? Tidak perlu ditanyakan, karena kita ingat betul bagaimana sedihnya Rasûlullâh ? saat terus ditentang dan disakiti kaum musyrikin di saat hatinya pilu dengan kematian istri tercinta Khadijah radhiyallahu ‘anha, serta kematian Abu Thalib. Pun dengan kisah sedih yang pernah dialami Nabi dan Rasul lainnya.
Sebagai pelipur lara pula, kita harus senantiasa ingat bahwa pahala bersabar itu tanpa batas. Di sinilah saat yang tepat bagi kita untuk mengamalkan ibadah ini.
(( “Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.” ))
(QS. Az-Zumar: 10).
Kita juga harus senantiasa ingat bahwa seberat apapun ujian yang kita hadapi saat ini, suatu saat ujian itu akan berlalu.
Bukankah kita pernah dijejali dengan slogan “badai pasti berlalu”?
Ya, di suatu hari nanti, hari–hari berat ini akan menjadi sejarah dan bukti seberapa teguh iman kita.
Hari–hari ini hanyalah hari–hari pendek tempat mengumpulkan bekal. Oleh karenanya tetaplah bersemangat menjalani, memohon pertolongan kepada Allâh Ta’ala dan senantiasa berprasangka baik kepada-Nya.
Bilal bin Sa’ad rahimahullah berkata;
“Wahai hamba Allâh, ketahuilah sesungguhnya kalian hanya beramal pada hari–hari yang pendek untuk hari–hari yang panjang. Kalian hanya beramal di negeri yang akan lenyap untuk negeri yang menjadi tempat tinggal, di negeri penderitaan dan kesedihan untuk negeri kenikmatan dan keabadian.“
(Shifatu Shafwah, 2/377).
Semoga Allâh Ta’ala memberi taufik. Semoga shalawat dan salam dari Allâh tercurah kepada Nabi kita Muhammad ? , keluarga dan Shahabatnya...
***
“Hakikat kehidupan adalah berpindah dari satu masalah ke masalah yang lain, maka ilmu sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan ini.
Strategi untuk Promosi Sebuah Aplikasi
14 Jun 2024 | 400
Dalam dunia yang terus berkembang dan berubah dengan cepat, aplikasi perangkat lunak telah menjadi salah satu sarana utama untuk mencapai tujuan bisnis dan pribadi. Namun, dengan persaingan ...
30 Des 2025 | 11
Tantangan digital marketing untuk bisnis hari ini terasa semakin nyata, terutama ketika banyak pelaku usaha merasa sudah aktif di berbagai platform tetapi hasilnya belum juga sebanding ...
Tryout untuk CPNS: Persiapan Memasuki Formasi CPNS 2026
16 Mei 2025 | 437
Mendapatkan posisi dalam instansi pemerintahan melalui seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) adalah impian banyak orang. Untuk mencapai cita-cita tersebut, para calon peserta perlu ...
Apa Saja Sih Manfaat Riset Pasar Bagi Sebuah Bisnis?
14 Jun 2024 | 556
Riset pasar merupakan langkah penting bagi setiap bisnis dalam upaya memahami kebutuhan dan preferensi konsumen. Dengan melakukan riset pasar secara menyeluruh, bisnis dapat lebih memahami ...
Ucapan Idul Fitri yang Puitis untuk Caption Instagram
19 Maret 2025 | 158
Idul Fitri adalah momen yang ditunggu-tunggu oleh umat Muslim di seluruh dunia. Setelah sebulan penuh melaksanakan ibadah puasa, hari raya ini menjadi simbol kemenangan, kedamaian, dan ...
Resep Rujak Maharaja, Kombinasi Rasa yang Menggugah Selera
11 Des 2019 | 1886
Manis, asam, asin, dan pedas berkombinasi menjadi satu. Ditambah, cita rasa kesegaran yang diberikan secara alami dari beragam buah seperti misalnya mangga, kedondong, nanas, dan ...